Contoh Resensi Novel Fiksi Sederhana

Contoh Resensi Novel Fiksi - Membuat resensi novel fiksi gampang-gampang susah. Mudah karena  untuk memahami novel fiksi umumnya tidak perlu mengerutkan dahi, bahasanya mengalir dan mudah dipahami. Sekarang ada banyak situs penawaran buku yang juga memberikan resensi untuk memudahkan atau menarik perhatian pembeli. Contoh resensi novel fiksi dapat ditemui di www.gramedia.com, www.bukabuku.com dan www.bukukita.com.

Ragam Resensi Novel Fiksi
Resensi novel fiksi dibedakan berdasarkan genre-nya.  Ada novel fantasi, horor, metropop, misteri, petualangan, remaja, roman, science fiction, thriller, suspence, lifestyle, dan masih banyak lagi. Tiap-tiap genre ini menyumbang gaya penulisan resensi, meski perbedaannya terkadang tipis.
Resensi Novel Fiksi

Contoh resensi novel fiksi bergenre horor dimana penulis langsung membawa pembaca ke bagian yang mencekam: Dinar merasa tidak tahan berada di rumah sakit tempat ia dirawat. Ada yang aneh di sini. Bukan hanya mimpi buruk yang terus berkelabatan di benaknya. Ada suara pertengkaran di sebelah kamarnya serta sosok wanita dengan bayinya yang sering muncul dan menghilang tiba-tiba (Terowongan Rumah Sakit, Nuril Kaka).

Bandingkan dengan resensi novel dengan genre roman, seperti contoh resensi novel fiksi berikut: Esmeralda tidak tahu apakah dia merasa beruntung dianugerahi wajah cantik. Kecantikannya membuat empat pria memperebutkannya, dari wakil uskup, perwira, penyair, dan seorang pria bungkuk yang misterius.  [Si Cantik dari Notre Dame, Victor Hugo).

Kelengkapan Resensi Novel Fiksi
Seperti resensi buku-buku lainnya, ada beberapa hal yang harus ada ketika menyusun resensi novel fiksi. Resensi novel wajib memuat judul buku, nama pengarang, dan nama penerbit. Atribut yang bersifat sekunder seperti edisi, cetakan, tahun terbit, jumlah halaman, dan nomor ISBN.

Setelah memuat informasi tersebut, penulis resensi memasukkan unsur-unsur yaitu sinopsis buku yang memancing ingin tahu pembaca atau yang menjadi fokus analisis, keunggulan dan kelemahan buku tersebut, bisa dari perbandingan dengan buku sejenis, alur cerita, karakter para tokoh-tokohnya, dan nilai atau pesan moral dari buku tersebut.

Yang dinilai dari Novel Fiksi
Sebuah novel fiksi akan dirasa lebih hidup apabila unsur-unsur yang terdapat di dalamnya berpadu dengan baik. Adapun unsur-unsur yang perlu diperhatikan tersebut adalah:

1. Gaya
Setiap novel, penyusunan kisahnya selalu ditampilkan oleh pengarang dengan memiliki gaya tersendiri. Dan ini adalah karakteristik masing-masing pengarang. Gaya memang pembawaan pengarang dan bisa juga dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pendidikan dan usia. Karena setiap orang memiliki pengalaman hidup yang diiringi dengan perkembangan emosional, romantis dan sebagainya.

Gaya sendiri terbagi ke beberapa bentuk. Ada gaya humor, gaya serius, gaya religi, dan gaya kurang sopan.

2. Plot
Di dalam setiap novel selalu terdapat plot. Yang dinamakan dengan plot adalah, rangkaian peristiwa sejak awal hingga akhir dari cerita yang dimuat di dalam novel tersebut terdapat hubungan sebab-akibat. Ya, terdapat hubungan kausalitas.

Hubungan sebab-akibat sangat penting dalam hal menghidupkan cerita yang dipaparkan di dalam novel. Alur sendiri sejatinya dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu, bagian awal, tengah dan akhir.

Berkembangannya dunia fiksi, termasuk di dalamnya novel, maka dikenal ada bebarapa alur cerita yang dalam hal ini pengarang menempuh cara penyelesaian antara lain: alur kilas balik, alur tipuan, alur mundur, alur gabungan, alur maju, alur tunggal, alur ganda, alur rapat, alur renggang, alur menurun, alur piramida dan alur klimaks.

3. Latar atau Setting
Dalam setiap novel juga terdapat setting. Yang dimaksud dengan setting adalah, gambarang tentang waktu, tempat, situasi, tata cara, suasana, alam, cara hidup masyarakat, dan tempat terjadinya peristiwa. Faktor ini sangat mempengaruhi hidupnya cerita dalam novel tersendiri agar karya fiksi itu enak dibaca.

Oleh karena itu, latar adalah salah satu faktor cerita yang harus diperhatikan, dianalisis dan dinilai. Karena pembaca baru akan bisa menikmati karya fiksi ketika dihiasai dengan suasana yang sesuai dengan jalan cerita beserta tempatnya yang serasi.

4. Waktu
Bila sering membaca novel fiksi, maka akan menemukan bahwa banyak sekali pengarang yang menyebutkan waktu tertentu dalam melukiskan cerita. Umumnya, para pengarang dalam  menyebutkan waktu terbagi ke dalam empat jenis waktu. Yaitu, masa lampau, masa kini, masa akan datang dan masa yang tidak tentu.

5. Tempat
Masalah terjadinya peristiwa di dalam novel adalah unsur pendukung karya tersebut menjadi lebih hidup. Dengan pengenalan tempat, pembaca akan lebih mudah mengikuti perjalana cerita karena mampu membayangkan adegan atau kejadian di tempat tersebut.

Ada tiga jenis tempat yang biasa digunakan para pengarang. Yaitu, tempat yang memang sudah dikenal masyarakat, tempat yang tak dikenal masyarakat, dan tempat yang ada di dalam khayalan pengarangnya.

6. Suasana
Penggambaran suasana dalam karya fiksi ini akan membuat suatu karya menjadi lebih hidup, lebih menarik dan lebih mengesankan. Yang dimaksud dengan suasana adalah kondisi alam, kondisi sosial kemasyarakatan, dan kondisi batiniah yang digambarkan pengarang sebagai ajang terjadinya peristiwa tersebut.

7. Bahasa
Di dalam novel, yang perlu dinilai juga adalah masalah bahasa. Yaitu, cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang khas dan mengekspresikan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa tersebut. Masalah bahasa, seperti yang ditulis Sugihastuti di dalam bukunya Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya, dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Misalnya saja, dapat dilihat dari segi nonbahasa, bahasa, pilihan kata, nada, struktur kalimat, dan klimaks.

8. Tema
Setelah membaca novel, setiap orang akan menemukan kesimpulan atau kesan. Kesimpulan inilah yang biasa disebut dengan tema. Setiap novel memiliki tema yang bisa lebih dari satu tema. Siti Nurbaya, misalnya. Temanya tentang pernikahan yang dipaksakan. Di samping itu, terdapat juga di dalamnya tema konflik yang tua dan yang muda.

Ke delapan hal ini bisa dinilai dalam novel fiksi. Kita teliti satu demi satu, lalu dilakukan penilaian. Jika ada yang dirasa kurang menarik, maka peresensi boleh mengupas atau mengangkatnya. Tak hanya itu, peresensi juga bisa mengangkat hal yang lebih dari cerita yang dipaparkan dalam novel tersebut.

Umumnya, para presensi selalu menilai kedelapan hal di atas untuk memberikan penilaian atau apresiasi. Apresiasi inilah yang membuat pengarang merasa bukunya bisa sempurna dan dapat disempurnakan. Pasalnya, setiap pengarang pasti merasa novelnya sudah sempurna.

Namun pembacalah seharusnya yang bisa menilai hal tersebut. Terkadang ada logika yang kurang tepat. Lalu pembacalah yang memberi masukan dan menyatakan bahwa logika tersebut kurang tepat. Atau ada setting yang kurang tepat. Misalnya saja dalam menceritakan tempat. Terkadang, tak sedikit pengarang yang mencoba menambah-nambahi hal yang tidak ada di daerah tersebut. Maka, peresensi yang mengetahui kondisi daerah tersebut bisa memberikan kritikan ringan terdapat pengarang.

Contoh Resensi Novel Fiksi Sederhana
Untuk memberikan gambaran lebih jelas, ini penulis tampilkan contoh resensi novel fiksi sederhana dan secara singkat:

Judul Buku    : Anak Tani
Penulis         : Laura Ingalls Wilder
Penerbit        : BPK Gunung Mulia

Almanzo Wilder bersama ketiga kakaknya terbiasa hidup kerja keras. Sebagai anak tani, ia harus bangun pagi dan mengerjakan berbagai pekerjaan sebelum berangkat sekolah. Setiba di rumah, ia juga tidak bisa segera menyantap hidangan.

Berbagai tugas menanti. Tidak heran jika selepas makan malam tubuhnya segera ingin berbaring ke peraduan. Meski menjadi anak tani cukup berat, banyak hal-hal menyenangkan yang dialaminya, mulai dari pameran raya, membuat es krim telur, musim panen, dan mendapatkan hadiah saat natal.

Cerita masa kecil Almanzo, suami dari si penulis, Laura Ingalls, bisa menjadi teladan perlunya menanamkan sikap kedisiplinan dan ketabahan pada masa kanak-kanak. Dengan bahasa yang mengalir dan deskrispsi yang detail, pembaca seolah-olah diajak langsung melihat Almanzo dan pertaniannya. Buku yang pas dibaca siapa saja dari anak-anak hingga kaum dewasa.